Surat Ar Rahman Ayat 1-25 (Tafsir, Bacaan, Artinya)

December 28, 2017
Qs surat Ar rahman adalah surat yang akan adan di bahas dari ayat 1-25 mengenai tafsir, bacaa, dan terjemahan(artinya). Ar Rahman (bahasa Arab: الرحمن) asma Dzat Allah yang memiliki mutlak nikmat panjang dari dunia dan akhirat.

Berdasarkan pengertian ini siapa yang diterapkan ilmu dan akal mengandung iman dan Islam maka disebut nikmat panjang. Nikmat ini langgeng dari dunia hingga akhirat.

Jadi siapapun orangnya apabila ilmu dan akal dipergunakan untuk menjalankan dan melaksanakan Iman dan Islam maka ia dapat dikatakan memperoleh nikmat besar dari dunia dan akhirat, walaupun orangnya itu jelek rupanya dan miskin. Apakah ada nikmat yang lebih besar apabila dibandingkan dengan Iman dan Islam.
Surat Ar Rahman Ayat 1-25 (Tafsir, Bacaan, Artinya)

Surat Ar Rahman Ayat 1-25

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-13: Ayat-ayat Allah begitu banyak; baik di langit, di bumi maupun pada penciptaan manusia.


  الرَّحْمَنُ (١)  عَلَّمَ الْقُرْآنَ (٢)خَلَقَ الإنْسَانَ (٣) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (٤) الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ (٥) وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ (٦) وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ (٧) أَلا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ (٨) وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ (٩) وَالأرْضَ وَضَعَهَا لِلأنَامِ (١٠) فِيهَا فَاكِهَةٌ وَالنَّخْلُ ذَاتُ الأكْمَامِ (١١) وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُ (١٢)فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (١٣)

Terjemah (artinya) Surat Ar Rahman Ayat 1-13

1. [1](Allah) yang Maha Pengasih,

2. Yang telah mengajarkan Al Qur’an[2].

3. Dia menciptakan manusia[3],

4. mengajarnya pandai berbicara[4].

5. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan[5].

6. Dan tetumbuhan dan pepohonan[6], keduanya tunduk (kepada-Nya).

7. Dan langit telah ditinggikan-Nya[7] dan Dia letakkan keseimbangan (keadilan)[8].

8. Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu[9],

9. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu[10].

10. Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk(-Nya)[11],

11. [12]di dalamnya ada buah-buahan[13] dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang[14],

12. dan biji-bijian yang berkulit[15] dan bunga-bunga yang harum baunya[16].

13. [17]Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?[18]

Ayat 14-25: Penciptaan jin dan manusia dan asal penciptaannya, dan beberapa nikmat Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang dapat dirasakan di dunia.

  خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ (١٤) وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ (١٥) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (١٦) رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ  (١٧) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (١٨) مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ (١٩) بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لا يَبْغِيَانِ (٢٠) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٢١) يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ (٢٢) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٢٣) وَلَهُ الْجَوَارِ الْمُنْشَآتُ فِي الْبَحْرِ كَالأعْلامِ (٢٤) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٢٥)

Terjemah Surat Ar Rahman Ayat 14-25

14. [19]Dia menciptakan manusia[20] dari tanah kering[21] seperti tembikar,

15. dan Dia menciptakan jin[22] dari nyala api tanpa asap[23].

16. [24]Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

17. Tuhan (yang memelihara) dua timur dan Tuhan (yang memelihara) dua barat[25].

18. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

19. Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu,

20. di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing[26].

21. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

22. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.

23. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

24. Milik-Nyalah kapal-kapal yang berlayar di lautan bagaikan gunung-gunung[27].

25. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Maksud Atau Penjelasan

[1] Surah yang mulia ini dimulai dengan nama Allah Ar Rahman yang menunjukkan luasnya rahmat-Nya, meratanya ihsan-Nya, banyaknya kebaikan-Nya dan luasnya karunia-Nya. Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan sesuatu yang menunjukkan rahmat-Nya dan atsar(pengaruh)nya yang Allah sampaikan kepada hamba-hamba-Nya berupa nikmat-nikmat agama, dunia maupun akhirat, dan setelah itu Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan manusia dan jin yang mendapatkan nikmat itu agar bersyukur kepada-Nya dengan firman-Nya, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

[2] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan, bahwa Dia telah mengajarkan Al Qur’an, yakni Dia telah mengajarkan lafaz dan maknanya serta memudahkannya kepada hamba-hamba-Nya. Ini adalah nikmat dan rahmat yang paling besar yang Allah limpahkan kepada hamba-hamba-Nya, dimana Dia menurunkan kepada mereka Al Qur’an berbahasa Arab dengan lafaz dan keterangan yang paling baik yang mengandung semua kebaikan dan melarang semua keburukan.

[3] Dia telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; sempurna anggota badannya dan tepat bagian-bagiannya (seperti meletakkan mata di kepala tidak di anggota badan yang lain), Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah merapihkan dan menyempurnakannya serta membedakannya dengan makhluk-makhluk yang lain, yaitu dengan mengajarkannya pandai berbicara.

[4] Al Bayaan artinya menerangkan, sehingga termasuk pula menerangkan dengan lisan maupun tulisan. Al Bayaan yang Allah lebihkan manusia dengannya termasuk nikmat yang besar yang diberikan kepadanya.

[5] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan matahari dan bulan dan menundukkannya untuk beredar menurut perhitungan sebagai rahmat kepada hamba-hamba-Nya dan perhatian-Nya kepada mereka dan agar maslahat mereka dapat tegak dengannya, demikian juga agar mereka dapat mengetahui perhitungan tahun.

[6] Ada yang menafsirkan ‘najm’ dengan tumbuhan yang tidak berbatang, sedangkan ‘syajar’ dengan tumbuhan yang memiliki batang. Ada pula yang menafsirkan najm di sini dengan bintang, yakni bintang yang ada di langit dan pepohonan yang ada di bumi mengenal Tuhannya, sujud, taat dan tunduk kepada-Nya. Dia menundukkannya untuk maslahat dan manfaat hamba-hamba-Nya.

[7] Sebagai atap untuk makhluk-makhluk di bumi.

[8] Yakni keadilan di antara hamba-hamba-Nya baik dalam ucapan maupun perbuatan. Mizan (timbangan atau keseimbangan) di sini bukan hanya sekedar timbangan saja, akan tetapi termasuk pula takaran yang dengannya dapat diukur segala sesuatu, pengukur untuk mengukur sesuatu yang belum jelas dan hakikat yang dengannya dipisahkan di antara makhluk serta ditegakkan keadilan di antara mereka. Oleh karena itulah, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman di ayat selanjutnya, “Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu,”

[9] Hal itu, karena jika Allah tidak menurunkan keseimbangan itu dan menyerahkan perkara tersebut kepada akal dan pendapat mereka yang terbatas, tentu akan terjadi kerusakan yang besar yang hanya diketahui oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan tentu langit dan bumi akan hancur.

[10] Yakni jangan kamu kurangi keseimbangan itu dan kamu kerjakan hal yang bertentangan dengannya, yaitu zalim, aniaya dan melampaui batas.

[11] Agar mereka dapat tinggal di atasnya, dapat mendirikan bangunan, dapat menggarap tanahnya, bercocok tanam, membuat jalan, menggalinya, memanfaatkan barang tambangnya dan segala yang perlu mereka lakukan.

[12] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebutkan berbagai makanan pokok yang mereka sangat butuhkan.

[13] Yang dapat dinikmati oleh hamba, seperti buah anggur, buah tin, buah delima, buah apel, dan lain-lain.

[14] Yakni yang mempunyai wadah yang terbelah dari tangkai-tangkai yang keluar sedikit demi sedikit sehingga menjadi sempurna sehingga menjadi makanan yang dimakan dan disimpan, dipakai bekal oleh musafir serta sebagai makanan yang lezat bagi mereka.

[15] Seperti gandum, beras dsb.

[16] Bisa juga maksud ‘raihaan’ adalah semua rezeki yang dimakan manusia.

[17] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan sekian nikmat-nikmat-Nya yang dapat dilihat oleh mata dan dipikirkan oleh hati, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala mentaqrir mereka (membuat mereka (jin dan manusia) mengakuinya) dengan firman-Nya di atas.

Sungguh bagus jawaban jin ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan kepada mereka surah ini, dimana Beliau tidak membacakan ayat, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” kecuali mereka mengatakan, “Tidak ada satu pun dari nikmat-nikmat Engkau wahai Tuhan kami yang kami dustakan. Maka untuk-Mulah segala puji.” Demikianlah yang seharusnya dilakukan seorang hamba, yakni ketika disebutkan kepada mereka nikmat-nikmat Allah, maka ia mengakuinya dan mensyukurinya serta memuji Allah Ta’ala terhadapnya.

[18] Pertanyaan di sini adalah untuk mengokohkan.

[19] Termasuk nikmat-nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia memperlihatkan kepada mereka atsar (pengaruh) dari qudrah(kekuasaan)-Nya dan indahnya ciptaan-Nya.

[20] Bapak manusia yaitu Adam ‘alaihis salam.

[21] Yaitu tanah yang basah, yang dikokohkan sehingga menjadi kering dan berbunyi seperti suara tembikar yang dibakar di atas api.

[22] Bapak jin yaitu Iblis yang terlaknat.

[23] Yakni kobaran api yang bersih. Hal ini menunjukkan keutamaan unsur (bahan baku) manusia yang diciptakan dari tanah, dimana tanah dapat dimanfaatkan, seperti dengan digarap dan ditanam tumbuh-tumbuhan. Berbeda dengan api, yang keadaannya ringan, tidak tentu arah, buruk dan merusak.

[24] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan penciptaan manusia dan jin serta bahan bakunya, dimana hal itu merupakan nikmat Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada mereka, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

[25] Maksudnya tempat terbit dan terbenam matahari di musim panas dan di musim dingin.

[26] Sehingga tidak bercampur. Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la yabghiyan maksudnya masing-masingnya tidak menghendaki. Dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah bahwa ada dua laut yang keduanya terpisah karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi tanah genting itu tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan), maka pada akhirnya, tanah genting itu dibuang (digali untuk keperluan lalu lintas), maka bertemulah dua lautan itu, seperti terusan Suez dan terusan Panama.

Menurut Syaikh As Sa’diy, maksud dua buah laut adalah; laut yang terasa tawar dan laut yang terasa asin, keduanya bertemu bersama, sehingga laut yang berair tawar mengena kepada laut yang berair asin sehingga keduanya bercampur. Akan tetapi, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikan di antara keduanya ada batas pemisah dari daratan sehingga yang satu tidak dapat dilampaui oleh masing-masing, namun tercapai manfaat dari keduanya. Dari air yang tawar dapat dimanfaatkan dengan diminum oleh manusia dan hewan serta digunakan menyirami tanaman, sedangkan dari air laut yang asin ada udara menjadi sejuk, ikan, mutiara dan marjan. Demikian pula menjadi tempat berlayar perahu dan kapal-kapal.

[27] Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menundukkan kapal-kapal untuk hamba-hamba-Nya sehingga kapal yang dibuat mereka itu dapat membelah lautan dengan izin-Nya. Saking besarnya kapal itu, maka ia bagaikan gunung yang besar, dimana manusia dapat menaikinya, mereka dapat membawa barang-barang mereka ke atasnya serta yang mereka butuhkan lainnya untuk dibawa ke atasnya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang menjaga lagit dan bumi telah menjaga kapal itu untuk mereka. Ini termasuk di antara nikmat-nikmat Allah yang besar yang diberikan-Nya kepada mereka.

Bacaan Teks Latin Surat Ar Rahman ayat 1-25

  1. Ar-rahman(u) 
  2. Allamal quraan(a)  
  3. Khalaqa-insaan(a)  
  4. Allamahul bayaan(a)  
  5. Asy-syamsu wal qamaru bihusbaanin 
  6. issamsu walqomaru bihusbainn(in)
  7. Wassamaa-a rafa'ahaa wawadha'al miizaan(a)  
  8. Alaa tathghau fiil miizaan(i) 
  9. Wa-aqiimuul wazna bil qisthi walaa tukhsiruul miizaan(a)  
  10. Wal ardha wadha'ahaa lil-anaam(i) 
  11. Fiihaa faakihatun wannakhlu dzaatul akmaam(i) 
  12. Wal habbu dzuul 'ashfi warraihaan(u) 
  13. Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i) 
  14. Khalaqa-insaana min shalshaalin kal fakh-khaar(i) 
  15. Wakhalaqal jaanna min maarijin min naarin 
  16. Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i) 
  17. Rabbul masyriqaini warabbul maghribain(i) 
  18. Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i) 
  19. Marajal bahraini yaltaqiyaan(i)  
  20. Bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan(i) 
  21. Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i) 
  22. Yakhruju minhumaallu'lu'u wal marjaan(u) 
  23. Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)  
  24. Walahul jawaaril munsyaaatu fiil bahri kal a'laam(i)  
  25. Fabiai-yi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)  



Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

No comments